Inggris akan memberikan kontribusi sebesar 50 juta pound (USD 80 juta) untuk usaha pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia, termasuk proyek yang bertujuan untuk mendorong produsen minyak kelapa untuk mendirikan perkebunan di atas lahan yang sudah terdegradasi daripada di wilayah hutan hujan dan lahan gambut padat karbon, lapor BBC News.
Kontribusi ini berasal dari komitmen pemerintah sebesar 1,5 milyar pound (USD 2,4 milyar) sebagai paket bantuan USD 10-milyar-per-tahun yang dijanjikan oleh negara-negara industri pada pembicaraan iklim bulan sebelumnya di Kopenhagen. Uang ini akan membantu mendanai mitigasi perubahan iklim dan aktivitas adaptasi di negara-negara berkembang. Secara kasar sejumlah USD 3,5 milyar, selama tiga tahun ke depan, akan digunakan untuk Pengurangan Emisi dari Penggundulan dan Degradasi Hutan (REDD), sebuah skema yang bertujuan untuk melawan perubahan iklim dengan melindungi hutan hujan.
Department for International Development (DFID) Inggris mengatakan bahwa kerjasama dengan Indonesia akan mendukung perencanaan penggunaan lahan untuk mendorong pengelolaan yang berkesinambungan atas lahan gambut dan hutan; menyediakan akses kredit jangka panjang pada pengembang yang mendirikan perkebunan di lahan yang terdegradasi, daripada di wilayah hutan alami; dan mendanai penelitian untuk menilai ekosistem Indonesia sebagai entitas kehidupan.
“Dampak dari penggundulan hutan yang tidak terkendali di Indonesia akan terasa di seluruh dunia untuk tahun-tahun yang akan datang,” ungkap Sekretaris DFID Douglas Alexander dalam sebuah pernyataan. “Melalui kerjasama ini, Inggris akan berdiri berdampingan dengan Indonesia untuk membantu mengelola hutannya, melindungi sumber vitalnya untuk generasi masa depan.”
Indonesia memiliki tingkat penggundulan hutan tertinggi kedua di dunia, namun emisi terbesar dari penggundulan dan degradasi hutan. Konversi dan pembakaran hutan dan lahan gambut menghasilkan 500 hingga milyaran metrik ton emisi karbon dioksida dalam beberapa tahun.