Penjualan minyak kelapa sawit yang tersertifikasi oleh kriteria green yang ditetapkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) mencapai rekor tinggi pada bulan Maret, hampir mencapai 8 persen pada akhir bulan February 2010 pada angka 136,000 ton, menurut laporan buletin bulanan RSPO.
RSPO menyatakan bahwa 95 persen minyak kelapa sawit yang tersertifikasi sustainable (CSPO) yang diproduksi sepanjang kuarter pertama 2010 telah terjual. Secara keseluruhan, sekitar 700,000 ton dari 1.8 juta ton CSPO yang diproduksi sejak tahun 2008 telah terjual.
Kriteria RSPO memperhitungkan pengurangan penggunaan pupuk dan pestisida, minimalisasi polusi udara dan air akibat produksi minyak kelapa sawit, penerapan kebijakan ”tanpa pembakaran”, dan penyediaan lahan untuk tujuan konservasi di samping untuk tujuan pengembangan. Badan keanggotaan kriteria RSPO ini mencatat lebih dari 200 penanam, pemproses dan penjual kelapa sawit telah terdaftar sebagai anggota, termasuk perusahaan pemerintah non-laba. Unilever, pengguna terbesar minyak kelapa sawit di dunia, baru saja meluncurkan iklannya yang menonjolkan penggunaan minyak kelapa sawit tersertifikasi.
Akan tetapi, RSPO tidak muncul ke permukaan tanpa kontroversi. Beberapa kritik menyatakan bahwa badan sertifikasi ini memiliki kekeliruan, dan kekurangan pendanaan. Para penyokong badan ini membantah bahwa RSPO masih merupakan inisiasi baru dan butuh waktu lebih lama lagi untuk memberi bukti.
[Foto: Dalam bulan-bulan tertentu jumlah penjualan bisa melampaui jumlah produksi jika para pembeli melakukan pembelian sejumlah minyak kelapa sawit atau sertifikat hasil produksi bulan-bulan sebelumnya. Contohnya, Maret 2010 menandakan kesempatan terakhir bagi para penanam kelapa sawit untuk menjual sertifikat hasil produksi tahun 2009. Diagram dan gambar pemberian RSPO)