Indonesia siap untuk berada di posisi pemimpin dalam perubahan menuju ekonomi karbon rendah, menurut seorang jurnalis lingkungan yang terkenal.
Rhett Butler adalah seorang jurnalis yang memulai mongabay.com, sebuah website lingkungan popular yang fokus terhadap hutan tropis. Mongabay.com pertama diperkenalkan pada tahun 1999 dan sekarang ini dikunjungi 2,5 juta orang tiap bulannya. Mongabay.com juga memiliki seksi dalam bahasa Indonesia.
Butler berada di Indonesia dalam rangkaian program pembicara tamu yang dilakukan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Ia berbicara mengenai partisipasi masyarakat dalam konservasi keanekaragaman hayati. Programnya meliputi kunjungan ke Lampung, Jambi, Jakarta dan Kalimantan.
Dalam pidatonya, Butler mengedepankan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia yang memainkan peranan penting dalam perekonomian. Hutan di Indonesia menyimpan jumlah karbon yang sangat banyak, yang dapat membantu memberikan perlindungan terhadap banjir serta erosi, dan juga menjadi sumber kunci untuk pendapatan masyarakat. Jasa ekosistem dari hutan-hutan dan habitat lainnya berkontribusi terhadap 21 persen pendapatan per kapita Indonesia, termasuk 75 persen pendapatan masyarakat dengan perekonomian miskin.
Rhett Butler |
Tetapi sama dengan bagian lainnya di dunia, keanekaragaman hayati di Indonesia mengalami penurunan yang dikarenakan oleh kegiatan yang tidak mendukung keberlangsungan. Perubahan yang mengarah kepada model pembangunan barat dibarengi oleh tindak korupsi dan hak guna lahan yang tidak baik mempercepat penurunan ini. 261 spesies burung dan mamalia di Indonesia masuk ke daftar merah IUCN sebagai spesies yang terancam punah, sedangkan dua dari tiga jenis harimau telah dinyatakan punah.
Butler menjelaskan bahwa meskipun kemajuan telah dilakukan untuk membuat daerah yang dilindungi, yang sekarang ini meliputi 11 persen dari areal tanah di Indonesia, taman-taman nasional bukanlah merupakan solusi terbaik untuk memperlambat hilangnya keanekaragaman hayati. Butler melihat dua hal sebagai cara terbaik yaitu: (1.) memajukan cara bekerja sector komersil, termasuk di dalamnya mengurangi akibat dari logging dan penyelamatan lingkungan; dan (2.) manajemen sumber daya masyarakat, yang melalui agroforestri dan hutan masyarakat, dapat menurunkan akibat dari praktis korupsi dan konsisten terhadap hak pemakaian lahan dan budaya.
Butler berkata bahwa banyak ketertarikan global yang berkembang untuk keberlangsungan dan manajemen masyarakat. Ia berkata bahwa banyak perusahaan besar termasuk Walmart, Unilever, Nike dan Starbucks mengimplementasikan kebijakan sourcing yang baru untuk mengurangi resiko produk mereka terasosiasikan dengan konflik social, deforestasi dan hilangnya keanekaragaman hayati. Supplier mulai merespon permintaan: awal bulan ini Golden Agri Resources, perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia mengumumkan kebijakan hutan baru yang melarang konversi hutan konservasi bernilai tinggi dan lahan gambut untuk membuka lahan untuk perkebunan dan mengharuskan Free Prior Informed Consent (FPIC) dalam berurusan dengan masyarakat. Performa Golden Agri akan secara independen dimonitor, bahkan Greenpeace sebagai salah satu pengkritik Golden Agri pada masa lalu menyatakan bahwa mereka mendukung kebijakan baru tersebut.
“Perusahaan barat yang progresif mencari rantai suplai yang kredibel, rendah atau tidak ada deforestasi sama sekali, dan relasi masyarakat yang sangan baik dari perusahaan di Indonesia,” kata Butler. “Dari pemerintah Indonesia, para perusahaan barat tersebut menginginkan kebijakan yang mengatur keberadaan hak masyarakat, proteksi terhadap penyelewengan social dan proteksi lingkungan. Mereka juga khawatir atas aktivitas korupsi sejak Kabinet Obama secara agresif menegakkan undang-undang Foreign Corrupt Practices.
Butler mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia yang dapat mendemonstrasikan kepemimpinan dan hubungan dengan masyarakat yang baik akan mendapatkan keuntungan dari perubahan global menuju keberlangsungan.
“Dengan keanekaragaman hayatinya yang sangat kaya dan jasa ekosistem yang penting, Indonesia berada dalam posisi untuk memimpin transisi ini,” jelas Butler. “Indonesia memiliki kesempatan untuk melompati kemajuan yang tidak baik dan mendapatkan pembangunan karbon rendah.”
Butler menutup dengan Indonesia tidak perlu meninggalkan hal-hal yang membuatnya menjadi Negara yang unik – budaya dan keanekaragaman hayati – saat membangun ekonominya. Ia berkata bahwa budaya ataupun keanekaragaman yang dimiliki di Indonesia tiodak dapat diciptakan kembali.
“Indonesia begitu istimewa,” jelas Butler. “Tidak ada alasan bagi Negara untuk menjadi kekuatan dunia dengan memlihara apa yang membuatnya istimewa.”