Site icon Conservation news

Kekerasan sebagai Bagian dari Perdagangan Kayu Ilegal, Ujar Aktivis yang Diculik

Wawancara dengan Faith Doherty.

Parlemen Eropa melakukan tindakan historis hari ini dengan memilih dengan sangat untuk melarang kayu ilegal dari pasarnya. Untuk aktivis di dunia, pelarangan pada kayu ilegal di UE merupakan alasan untuk merayakannya, namun untuk satu aktivis, Faith Doherty dari Environmental Investigation Agency (EIA), tindakan tersebut memunculkan gaung yang istimewa.



Di awal 2000, Doherty dan seorang kolega Indonesia diculik, dipukuli, dan diancam dengan pistol oleh penebang ilegal di Borneo Indonesia.



“Kolega saya mengalami luka-luka di wajahnya dan lebam-lebam di badannya, sementara jari-jari tangan kanan saya patah,” Doherty mengatakan pada mongabay.com.



Doherty dan koleganya telah merekam operasi kayu besar-besaran oleh perusahaan Tanjung Lingga. Perusahaan korup tersebut telah secara ilegal menebangi pepohonan di Taman Nasional Tanjung Puting.



Doherty di Kalimantan, Borneo Indonesia. Foto milik Faith Doherty.

Setelah dipukuli oleh penebang ilegal, polisi dipanggil. Namun, mereka datang tidak untuk menangkap penebang ilegal, tapi untuk Doherty dan temannya.



“Kami ditahan di kantor polisi itu selama tiga hari sementara negosiasi terus berlangsung antara Kepala Polisi di Jakarta dan kepolisian wilayah, Kedutaan Inggris, Kedutaan AS, banyak LSM dan pemimpin Dayak di Kalimantan Tengah. Sementara ini berlangsung kami diamati segerombolan pria yang berjaga di luar kantor polisi dan pada beberapa kali di luar jendela ruangan di mana kami ditahan dengan parang, tongkat dan penganiayaan verbal selama tiga hari,” ujar Doherty, menambahkan bahwa “pria-pria ini dibayar oleh Tanjung Lingga.”



Mimpi buruk Doherty berakhir ketika polisi-polisi menolong dia dan temannya meloloskan diri.



Setelah meloloskan diri, Doherty bisa menunjukkan penemuannya ke Bank Dunia dan pemerintahan Indonesia yang baru.



“Isu utama yang bisa kami dapat adalah bagaimana korupsi merupakan akar masalah dari penebangan ilegal di Indonesia dan milyaran dollar industri kayu bisa lolos begitu saja dalam memasok kayu yang diambil dengan ilegal ke pasar dunia untuk waktu yang sangat-sangat lama. Sesuatu harus berubah.”



Tidak mengurangi keteguhannya, pengalaman menakutkannya justru membuat Doherty makin berhasrat bekerja untuk menghentikan penebangan ilegal, sebuah praktek yang melukai orang sebesar ia melukai spesies dan hutan.



“Kekerasan di hutan itu biasa, dan masyarakat yang bergantung pada hutan terancam oleh banyaknya pemain yang berbeda. Saya ingin menggunakan apa yang terjadi pada saya untuk menegaskan kerumitan penebangan ilegal,” ujar Doherty.



Jalinan gelondongan kayu di Indonesia. Foto milik Faith Doherty.

Meski pemilihan hari ini telah bergerak maju, Doherty mengatakan bahwa ini hanya permulaan.


“Hukum yang sebenarnya itu sendiri dapat lebih kuat dengan memperluas larangan pada semua pemain yang menjual kayu dan produknya di Eropa; namun untuk sementara apa yang kita punya adalah larangan yang mengarah pada mereka yang menempatkan kayu dan produknya itu ke pasaran. Namun, ini adalah langkah pertama dan kami akan memulainya dari sana,” jelasnya.



Doherty menjelaskan bahwa dia telah melihat perubahan di lapangan setelah AS mengembangkan Rancangan Undang-Undang Lacey di tahun 2008 untuk memasukkan penjualan kayu dan produk kayu ilegal sebagai pelanggaran hukum.



“Dengan dua hukum yang sekarang ada di dua pasar konsumen terbesar untuk produk kayu pastilah ada perubahan,” ia mengatakan tentang bergabungnya UE bersama AS dalam melarang kayu ilegal. Dia berharap Australia akan menjadi selanjutnya.



Meski begitu, menurut Doherty, pertempuran masih jauh dari kemenangan.



“Kami masih memiliki tantangan-tantangan besar. Rusia dan juga Cina tidak menjadi bagian dari perjanjian apapun, dua eksportir utama. Namun, hukum ini akan membantu kami untuk memastikan penegakan berlangsung bila ilegalitas dapat dibuktikan dan membantu menghentikan perdagangan ilegal.”



Dalam wawancara dengan mongabay.com Juli 2010, Faith Doherty menceritakan pengalaman mengerikannya dalam kuasa penebang ilegal di Indonesia, hukum EU yang baru, dan masa depan perjuangan melawan penebangan ilegal.





WAWANCARA DENGAN FAITH DOHERTY



Mongabay: Dapatkah Anda menceritakan pada kami apa yang terjadi pada saat Anda diculik di Indonesia oleh penguasa industri penebangan?



Faith Doherty: Di bulan Agustus 1999, EIA dan rekan Indonesia kami, Telapak, mengeluarkan laporan berjudul The Final Cut (Lihat situs web kami www.eia-international.org) yang mengekspos penebangan ilegal di Taman Nasional Tanjung Puting dan menyebutkan baik nama perusahaan (Tanjung Lingga dan penguasa industri kayu Kalimantan Tengah Abdul Rasyid sebagai orang di belakang penebangan.



Di awal 2000, kolega Indonesia saya dan saya kembali ke Taman untuk memantau situasi dan melihat apakah pihak yang berwenang telah melakukan sesuatu untuk menghentikan pelecehan terang-terangan pada hukum. Penemuan kami akan digunakan di pertemuan Bank Dunia dengan pemerintah Indonesia sebagai bagian dari Consultative Group of Indonesia. (CGI)



Gambar 1: Perluasan Penggundulan Hutan di Borneo 1950-2005, Proyeksi hingga 2020. Pulau Borneo terbagi antara Malaysia, Indonesia, dan Brunei.

Kami berhasil menemukan tempat pemotongan kayu besar dan gudang yang memiliki ribuan meter kubik Ramin, kayu yang hanya ditemukan di taman nasional. Ramin digunakan untuk pigura gambar, tongkat snooker, ayunan bayi, dan kerangka tempat tidur. Setelah merekam penemuan kami dalam film, kami pulang ke hotel. Kami menerima telepon dari resepsionis yang memberitahu kami bahwa beberapa orang telah datang dari Tanjung Lingga dan meminta kami untuk pergi bersama mereka menemui Abdul Rasyid untuk mendiskusikan penemuan kami. Kami tidak memiliki pilihan dan dibawa ke dalam mobil, pintu dikunci, dan dibawa ke kantor Tanjung Lingga. Setelah di dalam kantor, kami ditemudi oleh Sugianto, keponakan dari Abdul Rasyid dan selama beberapa jam setelah itu, kami dipukuli, diteriaki, dan diancam dengan pistol. Kolega saya mengalami luka-luka di wajahnya dan lebam-lebam di badannya, sementara jari-jari tangan kanan saya patah. Polisi dipanggil dan dikatakan bahwa kami masuk ke kantor mereka tanpa izin dan harus ditangkap. Kami dibawa ke kantor polisi dan ditanya-tanyai.



“Kami ditahan di kantor polisi itu selama tiga hari sementara negosiasi terus berlangsung antara Kepala Polisi di Jakarta dan kepolisian wilayah, Kedutaan Inggris, Kedutaan AS, banyak LSM dan pemimpin Dayak di Kalimantan Tengah. Sementara ini berlangsung kami diamati segerombolan pria yang berjaga di luar kantor polisi dan pada beberapa kali di luar jendela ruangan di mana kami ditahan dengan parang, tongkat dan penganiayaan verbal selama tiga hari. Pria-pria ini dibayar oleh Tanjung Lingga.



Setelah hari pertama, tiga eksekutif Tanjung Lingga datang untuk menemui kami di kantor polisi termasuk pengacaranya. Mereka ingin kami tampil di televisi dan menarik kembali semua informasi yang telah kami tulis tentang mereka dan peran mereka dalam perusakan Taman Nasional, dan ancaman-ancaman pada orangutan. Saya katakan pada mereka bahwa saya tidak bisa melakukan itu tanpa izin dari dewan direksi EIA, yang sedang berlibur pada saat ini. Kami berhasil untuk menangguhkan proses tersebut untuk sementara, sehingga kami dapat memberi waktu bagi mereka yang berjuang untuk kebebasan kami.



Setelah 3 hari, kami berdua berhasil keluar dari Pangkalanbun, kota kecil terdekat dari Taman Nasional Tanjung Puting namun hanya karena beberapa polisi pemberani dan usaha-usaha dari banyak orang termasuk EIA dan Telapak. Tapi bahkan setelah kami meloloskan diri, orang-orang Sugianto dan Rasyid mengikuti kami hingga Jakarta dan kami harus mencari rumah yang aman untuk ditinggali sementara waktu sehingga kami dapat berusaha mengeluarkan informasi yang kami temukan ke ranah publik.



Seminggu kemudian, kami dapat memberikan informasi kami ke pihak yang berwenang, dan menunjukkan penemuan kami baik ke Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia yang baru di CGI. Dengan perhatian atas apa yang telah terjadi pada kami, kami dapat memastikan masalah ini telah menjadi lebih dari sekedar sebuah film di pertemuan yang sangat besar yang mengangkat banyak isu yang dihadapi Indonesia pada saat itu. Isu utama yang bisa kami dapat adalah bagaimana korupsi merupakan akar masalah dari penebangan ilegal di Indonesia dan milyaran dollar industri kayu bisa lolos begitu saja dalam memasok kayu yang diambil dengan ilegal ke pasar dunia untuk waktu yang sangat-sangat lama. Sesuatu harus berubah.



Mongabay: Bagaimana cara Anda untuk tetap berkomitmen untuk melawan penggundulan hutan setelah pengalaman yang seperti itu?



Seekor orangutan dewasa di Indonesia. Meski orangutan telah menjadi simbol dari perusakan hutan di Indonesia dan Malaysia, ribuan spesies terancam akibat hilangnya hutan. Foto milik Faith Doherty.

Faith Doherty: Setelah berhasil menyelamatkan diri, saya bertekad bahwa tidak boleh ada orang yang harus hidup dengan ancaman seperti itu. Hidup dan bekerja di Asia Tenggara hampir selama hidup saya, saya tidak naif untuk berpikir bahwa saya adalah satu-satunya orang yang mengalami ini. Kekerasan di hutan itu biasa, dan masyarakat yang bergantung pada hutan terancam oleh banyaknya pemain yang berbeda. Saya ingin menggunakan apa yang terjadi pada saya untuk menegaskan kerumitan penebangan ilegal.



Saya juga tahu bahwa kami mempunyai peran untuk membawa pendekatan legislatif pada isu ini berkat cara kerja EIA. Setelah berada di lapangan dan tetap fokus untuk mengekspos tidak hanya penebangan ilegal tapi juga perdagangan ilegal pada kayu dan produknya, kami berada di posisi untuk untuk memahami bagaimana campur tangan kriminal berhasil. EIA dan Telapak bekerja sangat keras di sirkumstansi yang sulit dengan mengekspos kebenaran namun juga menciptakan kesempatan untuk dialog. Bersama dengan masyarakat sipil Indonesia, kami mendekati tidak hanya pemerintah Indonesia tapi juga pembuat keputusan di Eropa.



Misi-misi direncanakan, pertemuan disiapkan dan perlahan solusi diciptakan melalui dialog antara mereka yang benar-benar hidup di Indonesia dan mereka yang ditugaskan untuk muncul dengan respon dari Eropa. Kami menghabiskan waktu yang panjang untuk membangun hubungan dengan pemerintah Indonesia dan menciptakan ruang politis baik untuk stakeholder Indonesia dan konsumen di Eropa. Kami tahu bahwa cara terbaik untuk terus maju adalah untuk memastikan isu ini mengangkat pada kedua ujung, negara produsen dalam kasus ini Indonesia dan pasar konsumen dalam kasus ini Eropa.



Mongabay: Apa arti larangan kayu ilegal UE bagi Anda?


Faith Doherty: Ini adalah peraturan yang sangat penting. Ini peraturan pertama yang mengatasi perdagangan ilegal dan ilegalitas kayu dan produknya yang masuk ke pasar Eropa. Dengan memiliki hukum ini Eropa mengambil sebagian tanggung jawab yang telah menyebabkan permintaan kayu tropis murah.



Hukum yang sebenarnya itu sendiri dapat lebih kuat dengan memperluas larangan pada semua pemain yang menjual kayu dan produknya di Eropa; namun untuk sementara apa yang kita punya adalah larangan yang mengarah pada mereka yang menempatkan kayu dan produknya itu ke pasaran. Namun, ini adalah langkah pertama dan kami akan memulainya dari sana. Apa yang perlu kita fokuskan saat ini adalah memastikan bahwa isu-isu seperti penalti, yang merupakan tanggungjawab dari negara anggota, sangat kuat. Bagaimanapun juga, hukum ini hanya sekuat titik terlemahnya. Namun pada akhirnya kami memiliki sesuatu yang dapat kami gunakan saat kami tahu ilegalitas terjadi, yang sesuai dengan yang kami inginkan.



Mongabay: Menurut Anda, bagaimana ini secara praktek akan berdampak pada perdagangan ilegal di dunia?



Truk-truk yang mengangkut gelondongan kayu keluar dari hutan hujan Malaysia. Penebangan ilegal sudah umum di banyak bagian dunia termasuk Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Foto oleh Rhett A. Butler.

Faith Doherty: Meski regulasi pertama yang kami miliki menangani ilegalitas dalam perdagangan kayu untuk Eropa, ini bukanlah satu-satunya hukum yang ada. Di Amerika Serikat EIA berkampanye untuk memiliki hukum yang digunakan bagi pihak yang berwenang AS untuk melawan perdagangan ilegal margasatwa dikembangkan untuk mencakup kayu dan produknya. di Mei 22, 2008 Rancangan Undang-undang akhirnya dikembangkan dan kini mencakup sumber tanaman ilegal dan produk mereka (ini termasuk kayu dan produknya).



Kami telah melihat beberapa perubahan besar pada cara pedagang kini memasok ke pasarnya. Dengan dua hukum yang sekarang ada di dua pasar konsumen terbesar untuk produk kayu pastilah ada perubahan. Kedua, UE dalam bagian rencana aksinya untuk menangani penebangan ilegal telah bekerja bersama sebagian negara produsen untuk mengembangkan sistem legalitas baru, melatih peningkatan kapasistas, dan berusaha meningkatkan transparansi untuk menciptakan pengendali yang aman dan sistem pelacakan yang dapat diverifikasi pada rantai pasokan.



Keseluruhan dari langkah-langkah ini bagus dan telah membuat beberapa perbedaan pada kerusuhan yang terjadi 10 tahun yang lalu. Lebih jauh lagi, pengaturan hutan juga menjadi bagian dari solusi apa pun dan peran dari masyarakat sipil sangat krusial. Mereka merupakan telinga dan mata dari hutan. Namun, kami masih memiliki tantangan-tantangan besar. Rusia dan juga Cina tidak menjadi bagian dari perjanjian apapun, dua eksportir utama. Namun, hukum ini akan membantu kami untuk memastikan penegakan berlangsung bila ilegalitas dapat dibuktikan dan membantu menghentikan perdagangan ilegal.



Mongabay: Langkah lain apa yang ingin Anda lihat diambil untuk menghentikan pengundulan hutan?



Faith Doherty: Dari negara konsumen, kita harus mengatasi isu yang menggerakkan penggundulan hutan secara nasional dan internasional. Ini akan membutuhkan satu hari penuh untuk menjawab pertanyaan ini lengkap, jadi saya akan merujukkan langkah selanjutnya pada EIA.



Kedua hukum yang ada di UE dan AS perlu untuk diluaskan pada pasar dunia dan langkah yang baik menuju ke sana adalah untuk Australia agar ikut maju dan menggunakan peraturan itu. Mereka terlalu lambat dalam merespon kebutuhan untuk membersihkan pasarnya. ASEAN perlu lebih pro-aktif dan melibatkan partisipasi masyarakat sipil dalam solusi apapun, dan mereka perlu untuk mulai melihat pengaturan hutan secara lebih serius. Negosiasi Foreign Trade Agreement(FTA) harus memasukkan peraturan kayu dan harus mempertimbangkan lingkungan.



Dan pada akhirnya, memastikan bahwa penghidupan dari masyarakat hutan asli dan keamanan mereka merupakan tanggungjawab setiap pemerintah baik mereka negara konsumen atau tidak. Andaman pada hutan dan mereka yang tergantung padanya saat ini benar-benar besar, tanpa penjaga keamanan masyarakat internasional akan bertanggungjawab atas kerugian lebih dari sekedar ketiadaan sumber alam untuk mengisi pasar mereka.







Perkiraan dari keberadaan dan kehilangan tutupan hutan nasional dan sub-nasional. S-K kependekan dari gabungan kelompok pulau Kalimantan dan Sumatera. J-N-S-M-P kependekan dari gabungan kelompok pulau Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku and Papua. Gambar milik Hansen et. al. 2009.



Exit mobile version