Site icon Conservation news

Sungai kaya margasatwa terancam akibat pengerukan pasir di Borneo

Sungai Kinabatangan di kota Sabah Malaysia merupakan rumah dari kekayaan luar biasa spesies, termasuk orangutan, bekantan, dan populasi dari gajah terkecil di dunia, gajah kerdil Borneo. Meski politisi lokal telah menyatakan beberapa kali bahwa ekologi sungai akan dilindungi, penduduk melaporkan beberapa pekerjaan pengerukan tanah yang seharusnya dilarang di sungai. Pengerukan dapat berpengaruh pada aliran sungai, memberi dampak negatif bagi margasatwa, dan mengeluarkan racun dari endapan.



“Kami telah menghentikan dan memindahkan tongkang-tongkang tersebut namun sepertinya semua memiliki surat izin yang berlaku dari Departemen Perlindungan Lingkungan,” Azri Sawang, ketua tim Penjaga Margasatwa Honorer dari Proyek Pelestarian Orang-utan Kinabatangan (KOCP), menjelaskan dalam rilis pers.



“Ini sangat membingungkan bagi kami, di satu pihak kami terus-menerus mendengar kembali pemerintah berkomitmen untuk melindungi wilayah ini, lalu kami menemukan departemen lain mengeluarkan surat yang memperbolehkan perusakan seperti ini. Dan bagi kami, kami ingin melindungi Kinabatangan, sehingga bebannya sangat berat saya rasakan.”



Menurut LSM Perancis lokal, HUTAN, paling tidak tiga tongkang terlihat di sungai setiap hari, dan masing-masing memiliki izin pengerukan berjangkan waktu untuk satu tahun penuh.



Meski keseluruhan Sungai Kinabatangan ini tidak terlindungi, 26.000 hektar sungai saat ini disediakan untuk Penangkaran Margasatwa dalam sebelas bagian. Tidak hanya sungai Kinatabatangan ini penting bagi wilayah ekologis, ini juga menarik banyak turis margasatwa dan penggemar burung yang penting bagi ekonomi setempat dan negara.



“Penduduk yang mengelola penginapan juga telah meminta kami untuk menyelidiki tongkang ini menindaklanjuti keluhan dari tamu namun karena mereka memiliki izin yang sesuai kami ataupun Departemen Margasatwa Sabah tidak dapat bertindak,” ujar Azri.



Seorang turis, Sophia Bay, dari Amerika mengatakan pada HUTAN: “Saya datang untuk melihat orangutan dan gajah kerdil Borneo di Kinabatangan dan keindahannya, namun saya sangat terkejut dengan semua pengerukan pasir ini. Kenapa ini diperbolehkan di sini, di dalam wilayah yang secara lingkungan hidup sensitif? Saya tidak yakin apakah saya akan merekomendasikan yang lainnya untuk mengunjungi tempat ini sekarang.”



Tahun lalu Sungai Kinabatangan telah menjadi daerah penting bagi pembicaraan berkaitan dengan penyelamatan orangutan di Sabah disebabkan oleh hutan yang makin terpecah-pecah akibat industri penambangan dan pengelolaan minyak kelapa. Pada saat itu, pemerintah menyatakan mereka akan menyediakan koridor margasatwa, termasuk akuisisi lahan, di sepanjang sungai untuk mendukung orangutan dan spesies lainnya.



“Jika Anda mencintai Sabah, memisahkan 500 meter minyak kelapa dari tepian sungai bukanlah permintaan besar,” Menteri Pariwisata, Budaya, dan Lingkungan Hidup Sabah, Datuk Masidi Manjun, mengatakan pada workshop baru-baru ini tentnag menyelamatkan spesies paling ikonik Sabah: orangutan, gajah kerdil, dan badak Borneo.







Pengerukan pasir di Sungai Kinabatangan. Foto milik HUTAN.





Exit mobile version