Site icon Conservation news

Apakah Perlindungan Karbon Sama Dengan Perlindungan Keragaman Hayati?

Kenapa keragaman hayati penting bagi penyimpanan karbon


Perlindungan hutan karena nilai karbonnya melalui skema Emisi yang Berkurang dari Penggundulan Hutan dan Degradasi (REDD) telah meningkat di tahun-tahun terakhir ini. Skema-skema ini berkonsentrasi pada pelestarian tutupan hutan, dan karenanya memiliki potensi besar atas konservasi keragaman hayati alami. Beberapa inisiatif (REDD) telah secara spesifik memasukkan perlindungan keragaman hayati ke dalamnya.



Ada perdebatan mengenai dampak potensial skema REDD pada keragaman hayati, dengan adanya potensi mereka untuk melindungi hutan alami (1). Bagaimanapun, di mana proyek REDD tidak direncanakan dengan baik, mereka dapat gagal untuk melindungi secara efektif keragaman hayati di dalam hutan itu sendiri; melindungi daerah tersebut atas nilai karbon mereka tidak selalu melindungi nilai keragaman hayatinya. Lebih jauh lagi, hanya sedikit yang diketahui mengenai bagaimana pengurangan keragaman hayati seperti ini dapat saja sebaliknya mempengaruhi kemampuan hutan untuk menyimpan karbon (2).



Tangkoko, Sulawesi di Indonesia

Nilai penyimpanan karbon dari sebuah hutan secara esensial tergantung pada pohon-pohon yang di dalamnya melakukan fotosintesis dan menyimpan karbon. Spesies tumbuhan yang berbeda lebih efisien dalam menyita dan menyimpan dari atmosfer. secara umum, pohon-pohon yang besar dan tumbuh dengan lambat, dengan kepadatan kayu yang tinggi cenderung untuk menyimpan karbon terbanyak dalam jangka panjang. Ketika pohon seperti ini mati, banyak karbon yang tersimpan di dalamnya akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Perubahan dalam keragaman hayati dapat secara langsung, dan tidak langsung, berdampak pada kemungkinan bertahannya pohon dan termasuk juga penyimpanan karbon.
Dampak potensial pada keragaman hayati di hutan karbon.



Meski kerusakan habitat tetap menjadi kunci ancaman global pada keragaman hayati, dengan hanya melindungi tutupan hutan tidak selalu mencegah hilangnya spesies di dalamnya. Jika tidak diatasi dengan efektif maka ancaman seperti perburuan yang tak terkendali, penebangan selektif atau pengumpulan produk hutan non-kayu bisa mengubah baik tingkat keragaman hayati dan komposisi spesies. Ini mungkin akan berdampak langsung, tapi mungkin juga memiliki dampak tidak langsung pada ketahanan ekosistem, dan demikian juga kemampuannya untuk menyimpan karbon dalam jangka panjang (3). Sebagai contoh, satu studi menyebutkan “Bahkan hutan yang pohon-pohonnya menerima perlindungan penuh dari program seperti REDD dapat, dalam waktu beberapa dekade, kehilangan stok karbon karena efek beriak dari perburuan hewan liar pada interaksi spesies” (4).



Dampak langsung berkurangnya keragaman hayati pada penyimpanan karbon



Inisiatif REDD didesain untuk mengendalikan ancaman yang berhubungan dengan pohon, seperti penebangan selektif, kebakaran, atau pengumpulan produk pohon hingga merusak. Bagaimanapun, mereka mungkin tidak selalu melindungi hilangnya atau kerusakan non-tanaman kayu atau sekumpulan hewan. Salah satu contoh yang paling menarik dari dampak potensial berkurangnya keragaman hayati pada penyimpanan karbon adalah kasus aktifitas perburuan – baik untuk diambil dagingnya atau untuk penggunaan komersial – yang tersebar luas di berbagai daerah hutan.


Perburuan ini biasanya berfokus pada vertebrata berbadan besar, dan karenanya ini menghilangkan spesies yang cenderung untuk memainkan peran fungsional penting dalam ekosistem. Jika predator paling atas (seperti harimau) dihilangkan dari hutan, ini akan menyebabkan peningkatan melimpahnya herbivora (5) dan dalam konteks hutan ini dapat mengarah pada banyaknya hewan yang merumput pada bibit tanaman dan mencegah regenerasi pohon. Mirip dengan itu, penghilangan spesies herbivora besar (seperti gajah), yang secara normal akan menciptakan pembukaan kecil sebagai akibat dari cara makan mereka, terkait pada penurunan dalam regenerasi pohon (6).



Perburuan daging hewan hutan pada spesies yang beralaku sebagai penyebar benih dapat menyebabkan pergeseran pada komposisi spesies pohon, dan pada akhirnya dapat mengubah potensi penyimpanan karbon – meski proses ini masih dalam perdebatan. Penelitian-penelitian lapangan di Thailand, Kamerun dan Panama telah menemukan bahwa 70%-90% spesies pohon bergantung pada hewan penyebar benih dan perburuan untuk daging hutan ini memiliki dampak langsung pada komposisi spesies pohon (4,6,7). Di Kamerun dan Thailand, hilangnya penyebar benih berbadan besar dikaitkan dengan hilangnya lebih banyak pohon berbenih, yang seringkali menyimpan karbon paling banyak. Bagaimanapun, sebagian lain telah mempertanyakan dampak dari perburuan daging hewan hutan pada penyimpanan karbon, dengan adanya pengurangan terkait pada predasi benih (8).



Perubahan komposisi spesies – dampak pada karbon?



Ada bukti bahwa hilangnya vertebrata penyebar benih dapat menggeser komposisi spesies tanaman ke arah mereka yang benihnya tersebar oleh angin, seperti lianas. Ini akan menyebabkan pengurangan pada jumlah karbon yang tersimpan di hutan.



Sebagai contoh, lianas tumbuh dengan cepat dan dapat mengalahkan pepohonan yang tumbuh dengan lambat baik dalam hal cahaya, air, dan nutrisi tanah (9,10). Ini menghambat pertumbuhan dan regenerasi, dan meningkatkan kematian pohon. Peningkatan lianas di dalam pohon telah menunjukkan pengaruh negatif baik pada tingkat dan volume penyimpanan karbon. Ini muncul karena dua sebab: pertama sementara lianas mengalahkan pepohonan, batang mereka yang kecil dan memiliki kepadatan kayu yang rendah berarti secara relatif mereka menyimpan lebih sedikit karbon dibandingkan dengan pepohonan yang mereka gantikan (10). Kedua, liana akan merubungi spesies tertentu yang mereka pilih, menyebabkan pergeseran pada komposisi spesies pada spesies pohon yang tumbuh lebih cepat, yang seringkali memiliki kepadatan kayu lebih rendah dan menyimpan lebih sedikit karbon (11). Sebuah model memperkirakan 34% penurunan pada penyimpanan karbon di sebuah hutan setelah ia dipenuhi liana (2).



Hilangnya keragaman hayati dan ketahanan ekosistem



Gangguan yang tak dapat diprediksi seperti kebakaran, bencana alam, dan pengenalan spesies penyerang – dan perubahan temperatur dan curah hujan yang masih berlangsung yang disebabkan oleh perubahan iklim – semua itu mengharuskan ekosistem untuk beradaptasi. Ketahanan suatu ekosistem (kemampuannya untuk memulihkan diri dari dampak seperti itu) merupakan kunci keprihatinan – seperti ekosistem hutan yang terdegradasi secara cepat berhenti menjadi wadah karbon dan menjadi sumber karbon. Tingkat tinggi keragaman hayati dapat menyediakan ‘jaminan biologis’ melawan kehilangan akibat gangguan, membuat ekosistem lebih tahan dan bisa menyembuhkan diri, dan membuatnya dapat terus menyimpan karbon dalam jangka panjang (2). Sebuah laporan tahun 2009 oleh CBD mendukung ini, menyebutkan bahwa “dalam bioma yang telah ditentukan, hutan yang beragam lebih produktif secara biologis dan menyediakan stok karbon yang lebih besar dan lebih bisa diandalkan, terutama di sistem hutan tua yang stabil… Karenanya, melindungi dan memulihkan pelayanan keragaman hayati untuk menjaga ketahanan di hutan, dalam waktu dan ruang, dan kapasitas mereka yang masih berjalan untuk menyita dan menyimpan karbon”. (12)



Sebagai contoh, kebakaran besar mungkin akan menghancurkan sebagian pepohonan dan tumbuhan dominan, namun secara cepat mengolonisasi spesies tumbuhan yang akan mengambil tempat mereka, menghasilkan lingkungan yang sesuai untuk pemulihan spesies dominan dan lebih besar yang berikutnya (2). Pemulihan ini hanya mungkin terjadi jika keragaman spesies masih ada di tempat tersebut.



Hutan hujan di Sumatera.

Mirip dengan itu, ekosistem dengan keragaman hayati lebih tidak mungkin rusak parah akibat adanya kontak dengan spesies penyerang yang asing. Sebagai contoh, suatu ekosistem dengan beberapa spesies predator alami dan beragam spesies tumbuhan akan lebih tidak rentan pada perkenalan dengan spesies hama asing (13,14). Dalam konteks hutan ini dapat membantu mencegah penyerangan serangga besar-besaran, yang sering dikaitkan dengan kematian pohon. Dalam sebuah sistem yang keragaman hayatinya berkurang, penyerangan hama dapat menjadi ancaman serius – dan dapat menyebabkan kematian pohon dan hilangnya fungsi penyimpanan karbon.



Ketahanan pada perubahan iklim juga menjadi isu yang makin penting dan keragaman hayati mungkin memperkuan kemampuan ekosistem untuk bertahan tanpa kehilangan yang signifikan atas simpanan karbon di atas tanah. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa ekosistem dengan keragaman hayati di Panama lebih mungkin menunjukkan ketahanan yang lebih besar pada iklim yang mengering saat kemunculan beberapa spesies yang tahan terhadap kekeringan menyediakan ‘jaminan biologis’ untuk melawan hilangnya spesies lain (2).



Manfaat tidak langsung tambahan dari melindungi keragaman hayati



Membangun perlindungan keragaman hayati dalam skema REDD menambah nilai ekstra, di luar peningkatan perlindungan karbon (15). Menjaga keragaman hayati berarti menjaga fungsi non-karbon hutan lainnya – baik untuk masyarakat setempat dan manfaat pelayanan ekosistem yang lebih luas – termasuk kesempatan untuk panen yang berkelanjutan, tapi juga merawat pelayanan seperti kualitas air dan penyerbukan dan pencegahan erosi.


Kutipan literatur:


1 Freedman, B., G. Stinson, and P. Lacoul. 2009. Carbon credits and the conservation of natural areas. Environmental Reviews, 17: 1-19.
2 Bunker, D.E., DeClerck, F., Bradford, J.C., Colwell, R.K., Perfecto, I., Phillips, O.L., Sankaran, M., Naeem, S. (2005) Species loss and aboveground carbon storage in a tropical forest. Science 310 (5750), pp. 1029-1031
3 Diaz, S., Hector, A., and Wardle, D.A. (2009) Biodiversity in forest carbon sequestration initiatives: not just a side benefit. Current Opinion in environmental Sustainability 1: 55-60.
4 Brodie JF, Helmy OE, Brockelman WY, Maron JL. (2009) Bushmeat poaching reduces the seed dispersal and population growth rate of a mammal-dispersed tree Ecological Applications, 19(4), 2009, pp. 854–863
5 Lyons, K., Brigham, C., Traut, B., Schwartz, M. (2005 )Rare Species and Ecosystem Functioning. Conservation Biology, 19 (4) pp.1019-1024.
6 Maisels, F., Keming, E., Kemei, M., Toh, C. (2001) The extirpation of large mammals and implications for montane forest conservation: the case of the Kilum-ljim Forest, North-west Province, Cameroon Oryx Vol 35 No 4
7 Wright, S., Hernandez, A., Condit, R. (2007) The Bushmeat Harvest Alters Seedling Banks by Favoring Lianas, Large Seeds, and Seeds Dispersed by Bats, Birds, and Wind BIOTROPICA 39(3): 363–371
8 Jansen, P., Muller-Landau, H. and Wright, S. J.(2010) Bushmeat Hunting and Climate: An Indirect Link (Letter). Science 327 pp 30.
9 Phillips, O.L., Martinez, R.V., Arroyo, L., Baker, T.R., Killeen, T., Lewis, S.L., Malhi, Y., Mendoza, A.M., Neill, D., Vargas, P.N., Alexiades, M., Ceron, C., Di Fiore, A., Erwin, T., Jardim, A., Palacios, W., Saldias, M. and Vinceti, B. (2002) Increasing dominance of large lianas in Amazonian forests. Nature, 418 (6899). pp. 770-774.
10 Wright, S., Hernandez, A., Condit, R. (2007) The Bushmeat Harvest Alters Seedling Banks by Favoring Lianas, Large Seeds, and Seeds Dispersed by Bats, Birds, and Wind BIOTROPICA 39(3): 363–371
11 van der Heijden, G. M. F. and Phillips, O. L. (2009). Liana infestation impacts tree growth in a lowland tropical moist forest, Biogeosciences Discuss., 6, 3133-3158,
12 Thompson, I., Mackey, B., McNulty, S., Mosseler, A. (2009). Forest Resilience, Biodiversity, and Climate Change. A synthesis of the biodiversity/resilience/stability relationship in forest ecosystems. Secretariat of the Convention on Biological Diversity, Montreal. Technical Series no. 43, 67 pages.
13 Chapin III, F.S., Zavaleta, E.S., Eviner, V.T., Naylor, R.L., Vitousek, P.M., Reynolds, H.L., Hooper, D.U., , Díaz, S. (2000). Consequences of changing biodiversity. Nature 405 (6783), pp. 234-242
14 Juliano, S.A., Lounibos, L.P., Nishimura, N., Greene, K. (2010). Your worst enemy could be your best friend: Predator contributions to invasion resistance and persistence of natives Oecologia 162 (3), pp. 709-718
15 Diaz, S., Hector, A., and Wardle, D.A. (2009) Biodiversity in forest carbon sequestration initiatives: not just a side benefit. Current Opinion in environmental Sustainability 1: 55-60.



Exit mobile version