Memasuki sebuah kapal pengangkut parang pagi-pagi di tanggal 6 Juni, pegawai bea cukai menemukan 2.090 trenggiling beku dan 92 bungkus sisik trenggiling, seberat 3.960 pound. Dijalankan oleh lima orang Cina dan satu Malaysia, kapal tersebut sedang menunggu instruksi melalui telepon satelit untuk bertemu dengan kapal lain untuk transfer kargo ilegal saat masih di laut.
“Penggunaan telepon satelit dan pemindahan kapal kargo di laut merupakan indikasi metode yang lebih rumit yang digunakan oleh kelompok kriminal terorganisir yang terlibat di kejahatan margasatwa,” ujar James Compton, Koordinator Asia Pasifik TRAFFIC dalam sebuah rilis berita.
Keempat spesies trenggiling Asia dilarang di bawah Convention on International Trade in Endangered Species (CITES). Di luar larangan itu, trenggiling tetap merupakan salah satu dari spesies yang paling sering diperdagangkan di Asia. Daging trenggiling ilegal merupakan kelezatan di Asia Tenggara dan sisiknya digunakan dalam pengobatan tradisional. Sebagian trenggiling bahkan diisi dan dipajang. Perdagangan ini telah membawa dua spesies, trenggiling Cina dan Malaya atau Sunda, dievaluasi sebagai terancam punah oleh Daftar Merah IUCN. Di samping kurangnya data – karena sifat mamalia ini yang nokturnal dan pemalu – peneliti percaya bahwa kedua populasi spesies tersebut telah turun sebanyak 50 persen dalam 15 tahun.
Dua spesies lainnya, trenggiling Filipina dan ekor-tebal, diklasifikasikan sebagai Hampir Terancam. Peran ekologis trenggiling di Asia tidak terlalu tampak, namun karena mereka memakan semut dan kutu, mereka sepertinya membantu mengendalikan populasi hewan tersebut.
Penyitaan ini juga penting karena dilakukan oleh pejabat Cina, yang sering kali menutup mata pada perdagangan margasatwa ilegal.
Dari trenggiling ke harimau, badak ke gajah, dan kura-kura ke tikus, variasi spesies yang luas terancam oleh perdagangan margasatwa ilegal dunia. Asia Timur, di mana sebagian spesies dikonsumsi dalam pengobatan tradisional atau pangan, bukanlah tujuan utama: laporan baru-baru ini menemukan bahwa 270 ton daging buruan ilegal dari Afrika bergerak melewati sebuah bandara Eropa (Charles de Gaulle in Paris) setiap tahun.
Trenggiling buruan yang telah dikuliti. Daging akan dijual untuk makanan, sementara sisiknya dijual sebagai obat tradisional. Foto milik: TRAFFIC.