Pemerintah Indonesia telah menyebutkan empat hutan yang bisa digunakan sebagai proyek pertama untuk kesepakatan pelestarian mereka dengan Norwegia, menurut Jakarta Post. Kesepakatan tersebut, melibatkan milyaran dolar Amerika dari Norwegia, diharapkan dapat membantu Indonesia mencegah dengan keras penggundulan hutan di seluruh pelosok negara, yang dulunya menyebabkan Indonesia menjadi penghasil emisi gas rumah kaca tertinggi ketiga di seluruh dunia.
Wilayah usulan ini tersebar di kepulauan negara tersebut: satu di propinsi Papua di Pulau Nugini, yang lain di propinsi Riau di Pulau Sumatera, dan dua sisanya ada di Pulau Borneo di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Wilayah kelima yang diusulkan sepertinya ada di Sumatera.
“Keputusan final proyek pertama ini akan dibuat oleh tim gabungan dari Indonesia dan Norwegia tahun ini,” Menteri Kehutanan Zulkifli mengatakan pada The Jakarta Post.
Kesepakatan pelestarian Indonesia dengan Norwegia juga telah menghasilkan penundaan dua tahun pada konsensi perkebunan baru di hutan alam; meski begitu, penundaan ini telah menyebarkan kebingungan tentang apakah konsesi yang telah ada akan dihentikan oleh pemerintah atau tidak. Pengolahan minyak kelapa dan kertas telah tersebar di seluruh Indonesia dalam beberapa dekade ini.
Hanya Brazil yang memiliki tingkat penggundulan hutan lebih tinggi dari Indonesia. Antara 1990 dan 2005, Indonesia kehilangan lebih dari 28 juta hektar hutan, lebih dari tiga per empat yang sebelumnya hutan hujan perawan.