Unilever memberitahukan pemasok Indonesia untuk berhenti mengambil minyak kelapa dari Duta Palma karena kekhawatiran akan penggundulan hutan, lapor Reuters.
Peringatan Unilever muncul tak lama setelah dokumenter BBC menghubungkan minyak kelapa yang digunakan di produk perusahaan tersebut ke perusakan hutan hujan oleh Duta Palma.
Derom Bangun, wakil ketua dari Dewan Minyak Kelapa Indonesia, badan industri, mengatakan pada Reuters bahwa keputusan tersebut merupakan hasil dari dokumenter.
“Ini keputusan Unilever,” Bangun mengatakan pada Reuters. “Unilever tidak memiliki kontrak pasokan dengan Duta Palma. Setelah laporan BBC, mereka menjaga keamanan mekanisme pasokan dengan meminta pedagang mereka untuk tidak membeli minyak kelapa dari perusahaan ini.”
Pengubahan hutan gambut untuk perkebunan kelapa sawit di Kalimantan, Borneo Indonesia. |
Gerakan muncul dua bulan setelah Unilever, perusahaan pembeli minyak kelapa terbesar di dunia, menghentikan USD 32,6 juta kontrak dengan PT Smart, anak perusahaan Sinar Mas, produsen terbesar kelapa sawit di Indonesia, akibat catatan lingkungan hidup yang buruk di perusahaan tersebut. Sinar Mas telah menyaksikan perpindahan besar-besaran dari pembeli-pembeli barat utama di minggu-minggu ini.
Gerakan terbaru dari Unilever menambah tekanan pada Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), skema sertifikasi yang sedang tumbuh yang bertujuan untuk mendorong pelayanan lingkungan oleh para produsen minyak kelapa. RSPO dilihat oleh banyak pihak sebagai jalan maju menuju produksi minyak kelapa yang bertanggung jawab, namun inisiatif ini telah dikritik oleh para penggerak lingkungan hidup atas pemantauannya yang lemah dan protokol kelengkapannya. Kejadian Duta Palma semakin parak karena perusahaan itu merupakan anggota RSPO.
“Ini menimbulkan banyak kecurigaan di antara dua kelompok,” pejabat RSPO di Malaysia mengatakan pada Reuters.
“Namun ini memperjelas kesulitan atas usaha untuk tetap ramah lingkungan, terutama saat pemerintah Indonesia mengeluarkan konsensi untuk mengembangkan kelapa sawit.”
Perkebunan kelapa sawit
|
Karena kelapa sawit merupakan bibit minyak komersial dengan panen paling tinggi di dunia, produksi minyak kelapa menawarkan lebih banyak minyak sayur per unit dalam satu wilayah dibandingkan dengan tanaman lain yang juga ditanam secara luas termasuk kedelai, canola, atau rapeseed. Karenanya ekspansi kelapa sawit pada lahan perkebunan yang terbengkalai bisa menawarkan produsen cara yang lebih efektif untuk memenuhi permintaan pertumbuhan dengan berkesinambungan untuk minyak sayur dibandingkan dengan bibit minyak lainnya.
Para pemerhat lingkungan hidup sangat khawatir dengan produksi minyak kelapa yang mengorbankan hutan hujan dan lahan gambut padat karbon dan kaya secara biologis. Sejak 1990 lebih dari separuh pertumbuhan perkebunan telah muncul dan mengorbankan hutan alami, meningkatkan emisi gas rumah kaca dan menaikkan kerentanan spesies yang terancam seperti orangutan, badak Sumatera, gajah kerdil, dan harimau Sumatera terhadap kepunahan di alam liar. Perkebunan juga terkait kuat dengan konflik sosial di beberapa daerah.