Site icon Conservation news

Blokade Penebangan oleh Pribumi di Borneo Berujung Kekerasan

Blokade jalan yang diorganisir oleh ketua suku Penan di Borneo Malaysia berubah menjadi kekerasan di akhir minggu ketika pejebat perusahaan kayu diduga memukul pemrotes setempat, menurut laporan Bruno Manser Fund. Kepolisian negara Malaysia, yang tiba dengan kendaraan perusahaan penebangan, kemudian meminta warga Penan untuk membuka blokadenya, yang dibuat untuk memprotes penebangan lahan hutan hujan yang masih terus berlangsung.



Bruno Manser Fund, kelompok aktivis yang berkampanye atas nama warga hutan di Sarawak, mengatakan bahwa Aking Anung, pemburu Penan, diserang oleh pegawai perusahaan sub-kontrak dari kelompok penebangan kayu Lee Ling. Hidung Anung berdarah akibat insiden tersebut. Dia kemudia mengisi laporan di kepolisian di kota Limbang, namun saat polisi datang, mereka meminta Penan menurunkan blokadenya.




Penebangan kayu Lee Ling berada di dekat Long Sebayang ke atas hingga mencapai sungai Limbang, Sarawak, Malaysia.



Pembukaan hutan hujan untuk perkebunan di daerah Limbang Atas. Foto milik BMF.

Warga Penan mendirikan blokade jalan di dekat kamp penebangan di Long Sebayang di daerah Limbang Atas, Sarawak, untuk mencegah pengubahan fungsi lahan hutan komunal untuk pengolahan bubur kertas oleh Lee Ling dan sub-kontraktornya.



Lee Ling Timber dan perusahaan pengolahan, Limba Jaya Timber, menjadi bagian dari Grup Lee Ling, yang berbasis di Kuching, ibukota Sarawak.



Warga Penan telah lama berjuang melawan penebang dan pengembang perkebunan di Sarawak, kota di Malaysia yang mencakup bagian barat laut dari Borneo. Warga Penan, bersama dengan kelompok hutan lainnya, telah memenangkan rangkaian kasus pengadilan selama dekade yang lalu, yang telah mengakui hak lahan mereka, namun sebagian besar telah diabaikan oleh pemerintah kota, menurut Bruno Manser Fund.



Exit mobile version